Powered By Blogger

Rabu, 03 Agustus 2011

SEDULUR PAPAT KALIMA PANCER

SEDULUR PAPAT KALIMA PANCER

Berbicara tentang pengertian dan konsep Sedulur Papat Kalima Pancer adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dalam diri manusia, maka di Gantharwa sendiri juga mengajarkan hal ini. Secara lengkap tentunya tidak bisa diterangkan secara detail kata demi kata. Pada prinsipnya Manusia Jawa yang sejati (Kwalitas) atau setiap manusia mempunyai cita-cita yang utama yaitu Manunggaling Kawula Lan Gusti, walaupun kadang dalam bahasa yang berbeda. Untuk mencapai cita-citanya tersebut, manusia harus kembali ke asalnya (sebagai pribadi penciptaan awal) atau menjadi manusia seutuhnya, bagaimana manusia menuju menjadi manusia seutuhnya, manusia harus menjadi AJI SAKA. Aji Saka maknanya adalah kaweruh/kesadaran dalam menghargai secara maksimal dengan berperanan utama. (Atau menjadi Raja yang Beperanan Utama). (konsep Aji Saka akan ada materinya. Red).Untuk menjadi Aji Saka, Jawa memiliki dasar, dasar dari Jawa adalah KALIMASADA, atau dalam pewayangan dikatakan, seorang manusia tidak akan mati jika telah memengang Jamus Kalimasada, seperti cerita pewayangan adalah SAMIAJI atau YIDISTIRA, begitu sucinya diceritakan, sehingga darahnya juga putih.Maka Kalimasada banyak sekali menjadi perebutan dan untuk mengerti dan tahu tentang Kalimasada banyak sekali yang telah mencari kemana-mana, bahkan saling berebut dan terjadi perang. Bahkan jaman sekarang pun banyak yang telah salah mentafsirkan Kalimasada, bahkan cenderung ngawur. Kalimasada bisa diartikan juga sebagai Pancasilanya Jawa, karena merupakan dasar untuk semuanya.   Untuk menjelaskan Kalimasada secara tepat maka jawa telah membuat penjelasan yang lebih sederhana atau dibuat semacam miniatur Kalimasada, yaitu SEDULUR PAPAT KALIMA PANCER . Atau bahasa sederhananya adalah Kalimasada mewujudkan diri yang lebih bisa dimengerti manusia menjadi Sedulur Papat Kalima Pancer. Lambang dari Sedulur Papat Kalima Pancer sendiri adalah dalam cerita Bagawa Gita, Arjuna menbawa kereta perang yang ditarik oleh 4 kuda dengan masing-masing membawa sifat warna adalah Hitam, Coklat (Merah), Biru, Putih. Keempat kuda itulah yang di sebut dengan Sedulur Papat, sedangkan Pancernya adalah Arjuna. Namun Sedulur Papat Kalima Pancer tidak hanya unsurnya demikian, masih ada satu unsur, yaitu di samping atas Arjuna adalah Krishna. Krishna inilah yang dilambangkan bahwa Roh (Pancer) kita bersifat Ilahi (Gusti Allah). Maka kalau manusia ingin mencapai cita-citanya, manusia (Pancernya adalah Roh Kita yang bersifat ilahi) harus bekerjasama dengan Sedulur Papatnya dan konsultannya manusia adalah Gusti Allah (memakai pengertian Gusti Allah). Barulah manusia bisa lengkap sampai pada cita-citanya yang sempurna. Banyak dari para pelaku mistikus ingin bisa ketemu dengan Sedulur papatnya, karena ingin sekali untuk ketemu, maka hal yang sering terjadi adalah sering terjadi suatu penyesatan oleh pihak yang memanfaatkan kelemahan dari salah megerti, dan juga kesalahan, atau hayalan dan imaginasi belaka.  Adapun penjelasan dan arti dari Sedulur Papat Kilama Pancer adalah dari Sedulur yang memiliki sifat warna adalah hitam adalah melambangkan sifat KEKUATAN, coklat ibaratnya adalah seperti merah yaitu melambangkan sifat SEMANGAT, biru adalah melambangkan sifat KECERDIKAN, putih adalah melambangkan sifat KESUCIAN. Inilah merupakan sifat dan ciri manusia sejati, yaitu memiliki KEKUATAN, SEMANGAT, KECERDIKAN, KESUCIAN. Dan dikontorl oleh Roh Kita yang sejati (Pancer). Atau Sedulur Papat harus bersatu/manunggal dengan roh kita yang bersifat ilahi, baru dapat berhasil mencapai kemanunggalan dengan Gusti Allah.Sama halnya dengan Arjuna kalau tidak bisa kontrol ke 4 kuda dia akan kalah dalam perang dan bagi manusia kalau tidak bisa kontrol ke 4 sifat/saudaranya dia akan kalah, tidak akan pernah samapi pada cita-citanya. Jika sudah bisa kontrol 4 kuda, Arjuna harus senantiasa seiya sekata dengan Krishna agar selamat sampai akhir perang. Kalau manusia mau selamat, Roh yang sejatinya harus senantiasa memakai pengertian / Kaweruh Gusti Allah.Dan jika ada yang katanya bertemu dengan ke empat sedulurnya, itu merupakan perwujudan saja atau personifikasi dari keempat sifat diri manusia saja. Namun banyak yang menganggap ketemu dengan Roh atau pribadi lain diluar dirinya, yang merupakan empat saudara kita yang mengikuti selama hidup, padahal tidaklah demikian. Pengalaman saya ketemu dengan keempat sedulur adalah keempatnya seperti kita sendiri, wajahnya seperti kita masing-masing, wujud badannya lebih kecil dari badan kita, dan mereka memiliki sifat yang disebut diatas, saat-saat mereka muncul adalah saat kita memasuki meditasi dengan kita telah mengalahkan fisik yang mana kita tidak terpengaruh akan keletihan, kesakitan fisik, atau telah melewati ketahanan fisik kita sendiri. Namun sekali lagi, Sedulur Papat bukanlah Roh (Pribadi) seperti Pancer kita adalah pribadi atau Roh Sejati, mereka hanyalah perwujudan saja.  Inilah sedikit bisa saya sharingkan berhubungan banyaknya pertanyaan mengenai Sedulur Papat Kalima Pancer, ini adalah pemahaman ajaran Jawa yang sangat dalam, memang kelihatan sederhana tapi kalau tidak ada tuntunan banyak yang salah kaprah. Karena telah banyak orang yang tidak mengerti ini dan banyak yang tersesatkan karena ini. Inilah sedikit bagian kecil saja mengenai Sedulur Papapt Kalima Pancer. 

Oleh: Kyai Pager Rasa 

Kamis, 16 Juni 2011

Jawa

Assalamualaikum Wr.Wb

JAWA
image
pada suatu malam ketika saya tidak ada kerjaan saya berfikir untuk mencari apa arti sesungguhnya arti dari jawa dan bahasanya.kemudian saya berfikir untuk mencari di situs web google dan menemukan situs di wordpress.com yang menerangkan tentang jawa.
berikut ini ulasan arti tentang jawa yang saya temukan di dalam situs web wordpress.com:
Pulau Jawa. Jawa, pulau terpadat di Indonesia, berisi hal-hal menarik dan sumber ke-gumun-an: kopi, candi, keraton, gunung berapi, bahasa, Wayang, pernikahan yang rumit, sinkretisme agama, kekuasaan otoriter, tata krama, rokok kretek, sastra, gamelan, strata sosial, dan seterusnya. Budaya Jawa biasanya dicatat oleh orang-orang Barat (atau orientalis – karena mereka mempelajari Jawa sebagai bagian dari budaya Timur atau oriental), seperti Clifford Geertz [1], Denys Lombard [2], Christine Jordis [3], John Pamberton [4], dan lainnya.
Bahasa Jawa. Saya lumayan terkejut dengan fakta berikut: tahun 2004, data statistik mengatakan bahwa 90 juta orang Indonesia adalah orang Jawa. Ini berarti bahwa 40 persen orang Indonesia mengerti bahasa Jawa (batas bawah mengerti adalah pembicara pasif). Bahasa Jawa mempunyai tiga tingkatan (Ngoko, Ngoko Alus dan Kromo Inggil). Kategorisasi ini didasarkan pada tingkat umur dan strata sosial pembicara atau yang diajak bicara; tapi biasanya jika ada orang asing yang bertanya mengenai kategorisasi itu saya dengan malas hanya menjawab “Itu maksudnya basic, intermediate dan advanced“. Bahasa Jawa memakai alfabet Jawa dalam penulisan (turunan bahasa Sansekerta – mirip dengan bahasa Thai atau Hindi). Namun, generasi muda (saya misalnya) jarang sekali bisa mengerti tulisan Jawa.

Orang Jawa. Tidak semua pulau Jawa dihuni orang Jawa: orang Jawa awalnya bermukim di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta – Jawa Barat dan Jakarta awalnya dihuni oleh orang Sunda, Badui dan Betawi. Mungkin agak stereotip, tapi model orang Jawa umumnya adalah kalem, penuh tata krama, halus tutur kata, sawo matang, bermata kecil dan tidak terlalu tinggi (ya pendek lah!). Imtip Patajotti [5] dalam bukunya “Journey to Java by Siamese King” mencatat bahwa orang Jawa itu pandai tapi lamban. Tata krama Jawa, seperti ditulis Christine Jordis [3], dibentuk oleh sikap pendiam, senyum, kompromi, harmoni, bisa dipercaya, tidak terlalu munafik, tidak memaksakan pendapat, bercukur supaya rapi (untuk jaga penampilan) dan filsafat yang kompleks di balik sikap tenang.

Agama. Kejawen bisa dibilang agama budaya yang berakar pada animisme, Hinduisme atau Buddhisme. Orang Kejawen berdoa menggunakan bahasa Jawa kuno dan membakar dupa. Orang Kejawen kadang mencampur ritualnya dengan ritual Islam. Ini yang mungkin disebut sinkretisme agama. Sebagian orang Jawa ada yang memeluk Kristen, Katolik, Buddha dan Hindu. Pengaruh Hindu dan Buddha dapat dilihat ketika menonton wayang Jawa, yang berisi epik India, misal: Mahabharata dan Ramayana. Diyakini bahwa cepatnya penyebaran Islam juga menggunakan wayang sebagai alat untuk mentransfer wahyu-wahyu. Kelompok musik gamelan biasanya mengiringi pertunjukan wayang itu. Wali Songo adalah sembilan wali yang menyebarkan Islam lewat asimilasi budaya dan tasawuf.
Ulasan di atas hanya arti dari jawa. untuk mengetahui arti dari bahasa jawa ikuti terus blog saya.
sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada: ari3f.wordpress.com yang telah memberikan saya sumber informasi tentang arti jawa sehingga saya bisa meng-copy dan menyebarkan ilmu tentang jawa ini lebih luas lagi.
Di suatau situs lain diulaskan pula :

Arti Jawa

image
Masih berbicara tentang jawa, berawal dari ketidak-tahuan saya tentang jawa ketika ditanya oleh teman-teman dari luar jawa mengenai “Jawa itu apa?” Ulasan saya tentang hal ini bukan bersifat dogmatis yang tidak terbantahkan, namun sangat terbuka untuk berbagai kritik dan koreksi bahkan jika ada pemaknaan lain juga tidak menutup kemungkinan. Agar bisa njawani, tidak perlu menjadi ahli, oleh-karena itu meskipun saya bukan ahli tentang jawa, saya memberanikan diri menulis tentang jawa.
Secara sederhana menjawab pertanyaan “Jawa itu apa?” dikaitkan dengan nama pulau, suku, bahasa, tulisan, budaya ataupun kerajaan. Sampai pada jawaban tersebut sudah dapat menjawab pertayaan, namun orang yang njawani tidak berhenti sampai dengan jawaban itu. Laku menjadi orang jawa (njawani) tidak sekedar mengetahui arti namun lebih jauh kedalam memahami makna yang meski tersamarkan, juga terkandung unsur internalisasi nilai yang diselaraskan dengan diri-semesta untuk terus dilakukan dan ditingkatkan kualitasnya . Nilai-nilai yang inheren dalam kata njawani adalah mengerti, refleksi, harmoni, proses yang progresif-simultan, universal. Laku menjadi orang jawa merupakan proses untuk mengerti berbagai realitas baik yang ada di alam pikiran manusia ataupun alam semesta. Upaya untuk mengerti itu sendiri diperoleh melalui refleksi dengan menggunakan prisma[1] keharmonian dan keselarasan dengan semesta juga universalitas. Sebagai contoh, peribahasa “ Jika tidak mau dicubit, janganlah mencubit” merupakan nilai yang bisa diterima dimana saja, dan kapan saja.  Nilai tersebut dibangun untuk menjaga keselarasan dan keharmonisan dalam komunitas, ataupun antar komunitas bahkan semesta. Nilai yang diperoleh tersebut tidak bersifat statis atau mati tetapi senantiasa dilakukan, direfleksikan untuk dikoreksi (mawas diri) sampai didapati nilai yang lebih luhur, mulia, universal dan semakin baik tiada henti.
Tidak ada kata-kata yang benar-benar pas untuk mengartikan ataupun memaknai njawani. Secara sederhana laku menjadi orang jawa tidak cukup hanya dengan mempelajari bahasa, budaya tanpa melibatkan diri menjadi orang jawa. Laku menjadi orang jawa  secara fungsional dimaknai sebagai berguna bagi kesejahteraan hidup umat manusia juga semesta (migunani tumrap karaharjaning urip bebrayan )[2] . Sementara itu menurut Paulus Bambang Susetyo kata jawa secara esensial diartikan sebagai mengerti dengan tepat mengenai segala sesuatu perkara hidup dan kehidupan secara menyeluruh yang selaras dengan kehendak sang maha hidup . Dengan demikian laku menjadi orang jawa (njawani) bersifat inklusif, terbuka bagi siapa saja untuk mengerti dan menjalaninya, yang bahkan sudah banyak ditinggalkan oleh kebanyakan orang jawa itu sendiri. Ketidak-mauan serta ketidak-mampuan orang jawa untuk njawani diistilahkan sebagai “wong jawa ilang jawane ”.
Sumber : http://www.batukar.info/komunitas/blogs/njawani-laku-menjadi-orang-jawa

Personifikasi Jawa
Tidak semua fenomena dalam kehidupan terbuka secara blak-blakan, demikian pula orang jawa memahami berperilaku dalam budaya. Kata atau kalimat dalam bahasa jawa boleh saja diartikan secara langsung, namun mengartikan yang semacam demikian boleh-boleh saja tapi tak jarang justru dapat membawa pada ketersesatan pikir. Sebagai contoh kata waton yang barasal dari kata watu atau batu, menjadi waton atau bebatuan. Pemakaiannya dalam frase, waton amben yang berarti batu penyangga dipan. Dalam frase waton ngomong diartikan sebagai asal bicara, sedangan dalam kalimat ngomong nganggo waton berarti berbicara pakai dasar. Dalam kalimat anggonmu gondelan waton sing seret, wong saiki jamane wis jaman edan [3] jika diartikan langsung secara luwes menjadi berbeganglah yang kuat pada batu, sekarang sudah jaman edan. Kata waton dapat dimaknai lebih dari sekedar batu,asal, dasar tetapi dapat mencakup pada nilai-nilai kehidupan yang mendasar yang selaras juga kontekstual.
Dalam menggambarkan diri dalam kebudayaan, personifikasi jawa terkandung dalam tokoh Arjuna. Tidak tepat mengartikan Arjuna sebagai playboy , karena secara katuranggan dia perpawakan kurus dan lemah. Simbol dari maskulinitas atau playboy seharusnya melakat pada karakter Bima, kakak Arjuna, namun mengapa tidak  demikian? Dalam suatu kesempatan bertanya-jawab dengan Ki Sigit Sukasman, dia mengatakan “Jawa iki ora blak-blakan” atau jawa itu tidak vulgar . Daya tarik Arjuna dimata perempuan dan kebiasaan mengawininya merupakan simbolisasi daya tarik tanah jawa (nusantara) dimata para pendatang. Para pendatang dengan beragam latar belakang kebudayaan, agama, suku oleh orang jawa diterima dan ditempatkan layaknya istri agar tercapai keharmonisan hidup.
Lebih lanjut Ki Sigit Sukasman mengatakan bahwa orang Jawa tidak beringasan. Dalam karakter Arjuna selalu tampil lemah lembut dan tidak emosional meskipun dalam keadaan perang. Sebagai contoh dalam satu lakon  pewayangan Mahabarata digambarkan Arjuna yang berpapasan dengan Buta Cakil dalam peperangan. Cakil merupakan raksasa yang sangat gesit dengan rahang bagian bawah lebih maju daripada rahang atas dengan taring yang tajam, jika berbicara terdengar agak sengau, cepat dan berulang-ulang. Sementara itu ketika Arjuna menghadapi Cakil yang sedemikian beringas, tetap santun terlihat dari posisi tangganya yang santai atau kebawah, tidak dalam sikap menantang. Arjuna tidak akan langsung menjawab pertanyaan Cakil, namun menjawab pertanyaan dengan pertanyaan dan tetap masih santai. Hal ini juga yang menjadikan Cakil semakin geram dan ingin segera melabrak Arjuna.
Itulah arti dari jawa yang hanya bisa saya jelaskan. dan saya ucapkan terima kasih.
"Catatan: ulasan diatas bisa ditambah kapan saja."
Waalaikum salam Wr.Wb

Kamis, 04 November 2010

Istlah dalam bahasa Jawa

Kata Keterangan
Abimanyu Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Abimanyu dikenal pula dengan nama: Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pangalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Ia merupakan put...
Adeg Iras Dalam dunia perkerisan, adeg iras adalah nama pamor yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pamor tersebut menyerupai garis lurus mulai dari ujung bilah sampai pangkalnya yang bersinggungan dengan b...
Adeg Wengkon Dalam dunia perkerisan, adeg wengkon adalah pola pamor yang merupakan gabungan pamor sada sak ler dengan pamor wengkon. Pamor adeg wengkon adalah pamor rekan, di beberapa tempat dikenal juga dengan...
Ageman Dalam dunia perkerisan, istilah ageman adalah untuk menamakan keris yang dibuat hanya untuk hiasan atau acara-acara biasa. Pada umumnya untuk membuat keris ageman hanya membutuhkan bahan sebagai berik...
Akodhiyat Dalam dunia perkerisan, akodhiyat adalah istilah untuk menamakan bagian dari pamor yang lebih cemerlang dari pada bagian pamor lainnya pada satu permukaan bilah keris dan sepintas lalu mirip dengan le...
Alip Dalam dunia perkerisan alip adalah nama pamor yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pamor tersebut selalu menempati sor-soran, bentuknya hanya merupakan garis lurus, tebal sepanjang sekitar 4 samp...
Amba Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Dewi Amba merupakan putri sulung dari tiga bersaudara, putri Prabu Darmahumbara raja negara Giyantipura dengan peramisuri Dewi Swargandini. Kedua adik kandungnya...
Anda Agung Dalam dunia perkerisan, anda agung adalah nama pamor yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pamor tersebut berbentuk garis-garis menyudut, bersusun-susun, berjajar ke atas dari pangkal ke ujung bil...
Andoran Dalam dunia perkerisan, andoran adalah istilah dalam mengenakan keris. Cara mengenakan adalah sebagai berikut: posisi keris dibelakang tubuh, diselipkan disela-sela stagen antara tumpukan lipatan ked...
Anganggar Dalam dunia perkerisan, anganggar adalah istilah dalam mengenakan keris. Cara memakainya adalah sebagai berikut: keris tidak diselipkan disela-sela stagen. Tetapi diletakkan ditempat keris yang tergan...


Angen-Angen Dalam dunia perkerisan, angen-angen adalah nama dapur keris yang berluk tujuh, dengan ricikan sebagai berikut: lambe gajah, kembang kacang, sraweyan, eri pandan, sor-soran, gandik, tikel alis dan gren...
Anggawirun Dalam dunia perkerisan, anggawirun adalah nama dapur keris yang berluk duapuluh tujuh, dengan ricikan sebagai berikut: lambe gajah rangkap dua, kembang kacang, sogokan dan eri pandan. Ada yang meny...
Anggraini Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Dewi Aggraini merupakan istri Prabu Ekalaya (Palgunadi) raja negara Paranggelung. Ia berwajah cantik karena putri hapsari (bidadari) Warsiki. Dewi Anggraini m...
Anggrek Kamarogan Dalam dunia perkerisan, anggrek kamarogan adalah istilah untuk hiasan pahatan relief (gambar timbul) pada sebilah keris yang berbentuk rangkaian bunga anggrek, yang dilapisi dengan emas atau emas dan...
Angsar Dalam dunia perkerisan angsur adalah daya kesaktian yang dipercaya oleh sebagian orang terdapat pada sebilah keris. Daya kesaktian atau daya gaib itu tidak terlihat, tetapi dapat dirasakan oleh orang ...
Anoman Keterangan 1: Adalah tokoh wayang cerita Ramayana, berwujud kera putih, tetapi dapat berbicara dan beradat-istiadat seperti manusia. Ia juga dikenal dengan nama: Anjanipura (putra Dewi Anjani), Bayud...
Antaboga Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Sanghyang Antaboga atau Sang Hyang Nagasesa atau Sang Hyang Anantaboga atau Sang Hyang Basuki adalah dewa penguasa dasar bumi. Dewa itu beristana di Kahyangan Sa...
Antareja Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, ia adalah putera Bima (Werkudara) salah satu dari lima satria Pandawa dengan Dewi Nagagini, putri Hyang Anantaboga dengan Dewi Supreti dari Kahyangan Saptapratal...
Antasena Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, ia adalah Putera Bima (Werkudara) salah satu dari lima satria Pandawa dengan Dewi Urangayu, putri Hyang Mintuna (Dewa ikan air tawar) di Kisiknarmada. Ia mempuny...
Arimbi Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Dewi Arimbi adalah putri kedua Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani. Ia mempunyai tujuh orang saudara kandung, bernama: Arimba, Arya Prabakesa, Braja...


Arjuna Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Arjuna adalah putra Prabu Pandudewanata, raja negara Astinapura dengan Dewi Kunti (Dewi Prita) putri Prabu Basukunti, raja negara Mandura. Ia merupakan anak keti...
Arya Prabu Rukma Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Arya Prabu Rukma adalah putra Prabu Basukunti raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Dayita putri Prabu Kunti raja Boja. Ia mempunyai tiga orang saudara kand...
Asihan Dalam dunia perkerisan, asihan adalah nama pamor yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: motifnya seolah menyatu antara pamor yang ada di bilah keris dan pamor yang ada di bagian ganjanya, pamor ini...
Aswatama Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Aswatama atau Bambang Aswatama adalah putra Resi Durna dari padepokan Sokalima dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji dari negara Tempuru. Ia berambut dan bert...
Bagaspati Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Bagawan Bagaspati yang sewaktu mudanya bernama Bambang Anggana Putra, adalah putra Resi Jaladara dari Pertapaan Dewasana dengan Dewi Anggini, keturunan Prabu Cit...
Bagong Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Bagong terjadi dari bayangan Sanghyang Ismaya atas sabda Sanghyang Tunggal, ayahnya. Ketika Sanghyang Ismaya akan turun ke Arcapada, ia mohon kepada ayahnya seor...
Bakung Dalam dunia perkerisan, bakung adalah nama dapur keris yang berluk lima, dengan ricikan sebagai berikut: tikel alis dan greneng. Ciri lain dapur bakung ini adalah ukuran panjang bilah sedang dan ce...
Baladewa Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Baladewa yang waktu mudanya bernama Kakrasana, adalah putra Prabu Basudewa raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Mahendra (Maekah). Ia lahir kembar bersama ...
Balebang Dalam dunia perkerisan, balebang adalah nama dapur keris yang berluk tujuh, dengan ricikan sebagai berikut: lambe gajah, kembang kacang, sogokan dan sraweyan.
Bango Dolog Dalam dunia perkerisan, bango dolog adalah nama dapur keris yang berluk tiga, dengan ricikan sebagai berikut: lambe gajah rangkap dan kembang kacang. Ciri lain dapur bango dolog ini gigir belakang ...
Banowati Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Dewi Banowati putri Prabu Salya, raja negara Mandaraka dengan permaisuri Dewi Pujawati (Setyawati) putri tunggal Bagawan Bagaspati dari pertapaan Argabelah. Ia m...
Basudewa Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Prabu Basudewa adalah putra sulung Prabu Basukunti raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Dayita, putri Prabu Kunti, raja Boja. Ia mempunyai tiga orang sauda...
Basukesti Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Arya Basukesti adalah putra Prabu Basupati (Basuparicara) raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi Anganti (Dewi Girika) putri Bagawan Kolagiri dengan Dewi Sukt...
Basukiswara Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Arya Basukiswara adalah putra Bungsu prabu Basukesti raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi Adrika (Dewi Pancawati) Ia mempunyai dua orang kakak kandung masin...
Basukunti Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Prabu Basukunti (Wasukunti) yang waktu mudanya bernama Suradewa, adalah putera sulung Prabu Wasukunteya, raja Negara Mandura dengan permaisuri Dewi Sungganawati....
Basunanda Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Arya Basunanda menjadi raja negara Wirata menggantikan kedudukan ayahnya, Prabu Basupati yang mengundurkan diri. Prabu Basunanda menikah dengan Dewi Swakawati, d...
Basupati Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Prabu Basupati merupakan Putra Bathara Srinada (Prabu Basurata) raja negara Wirata yang pertama dengan permaisuri Dewi Bramaniyuta Putri Bathara Brahma. Prabu Ba...
Basurata Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Prabu Basurata adalah raja negara Wirata yang pertama. Pada waktu mudanya ia bernama Bathara Srinada. Prabu Basurata adalah Putra Bathara Wisnu yang bertahta di ...
Batu Lapak Dalam dunia tosan aji, batu lapak adalah nama pamor yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pamor tersebut selalu menempati bagian sor-soran sebuah keris, badik, pedang atau tombak. Bentuknya merupa...
Bawang Sebungkal Dalam dunia perkerisan, bawang sebungkal adalah nama pamor yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pamor tersebut berbentuk mirip dengan irisan bawang, menempati sor-soran keris. Pamor bawang seb...
Bendo Sagodo Dalam dunia tosan aji, bendo sagodo adalah nama pamor yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pamor tersebut bermotif gumpalan-gumpalan yang mengelompok rapat, jarak masing-masing gumpalan berkisar ...
Beras Wutah Dalam dunia tosan aji, beras wutah adalah nama pamor yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pamor tersebut berupa bulatan dan garis tak beraturan. Pamor beras wutah adalah pamor tiban dan tergol...
Bethok Dalam dunia perkerisan, bethok adalah nama dapur keris yang berbentuk lurus, dengan ricikan sebagai berikut: gandik panjang dan tikel alis pendek. Ciri lain dapur bethok ini bilah keris lebar dan p...
Bilung Adalah seorang raksasa kecil yang bersahabat dengan Togog dan kemana mana selalu berdua. Setiap bertemu dengan Petruk selalu menantang berkelahi & mengeluarkan suara kukuruyuk seperti ayam jago. T...
Bima Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Bima atau Werkudara dikenal pula dengan nama: Balawa, Bratasena, Birawa, Dandunwacana, Nagata, Kusumayuda, Kowara, Kusumadilaga, Pandusiwi, Bayusuta, Sena, atau ...
Bima Kurda Dalam dunia perkerisan, bima kurda adalah nama dapur keris yang berluk tigabelas, dengan ricikan sebagai berikut: kembang kacang, jenggot sungsun, sogokan, sraweyan dan eri pandan sungsun. Selain u...
Blarak Sinered Dalam dunia tosan aji, blarak sinered adalah nama pamor yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pamor tersebut bentuknya mirip daun kelapa dengan pelepahnya. Pamor blarak sinered adalah pamor rek...
Blencong Dalam istilah pedalangan lebih menunjuk kepada suatu alat penerangan untuk pertunjukan wayang di masa lampau yang menggunakan bahan bakar minyak kelapa. Lampu blencong ini berbentuk macam-macam ada ya...
Bogadenta Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Bogadenta adalah putra Prabu Drestarasta raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Gandari putri Prabu Gandara dengan Dewi Gandini dari negara Gandaradesa. Ia be...
Bomantara Adalah tokoh wayang cerita Mahabarata, Prabu Bomantara adalah raja negara Trajutisna (Prajatisa). Ia masih keturunan Batara Kalayuwana, putra Batara Kala dengan Bathari Durga (Dewi Pramuni) dari kahya...
LIhat Istilah dalam bahasa 2

Tanah Jawa

ASAL MULA TANAH JAWA

Kisah-kisah silam yang berlangsung ribuan tahun kadangkala lenyap begitu saja, namun kepiawaian seorang-orang yang mampu menyimpan pikiran dan pengalamannya secara cermat, dan mendokumentasikannya akan mampu merestorasi. Dari upaya-upaya istimewa yang dilakukan adalah menyimpan sebuah kisah terkait dengan Asal mula Tanah Jawa. Buku ini membentangkan sebuah alkisah, ketika itu di tanah Hidustan ada seorang raja brahmana, berjuluk Prabu Isaka atau yang disebut dengan Prabu Ajisaka. Sang Prabu Ajisaka ini adalah putera dari Prabu Iwasaka atau Betara Anggajali.
Prabu Ajisaka diajari berbagai laku oleh ayahnya sehingga ia mendapatkan banyak kesaktian sebagaimana para dewa. Setelah itu ia diperintahkan untuk bertapa di sebuah pulau yang panjang [dawa] yang keadaannya sepi, dan sebelumnya oleh Sanghyang Guru diberi nama Pulau Jawa. Pramu Isaka kemudian bergegas mencarinya. Setelah cukup lama, ia menemukan menemukan pulau yang masih sunyi, kira-kira di sebelah tenggara tanah Hidustan. Ketika pertama kali Prabu Isaka menginjak di pesisir utara Pulau Jawa, menurut hari Hindu menjelang hari Buda, menjelang masa kartika, dalam tahun sambrama. Jaman pancamakala mencapai 768 tahun. Prabu Isaka lalu mengelilingi seluruh daratan pulai ini, mulai dari ujung barat laut hingga ujung tenggara.
Prabu Isaka sangat kagum ketika mengetahui panjang pulau ini, karena mulai dari Aceh sampai Bali masih utuh menjadi satu.
Dikisahkan, perjalanan Prabu Isaka mengelilingi Pulau Jawa mendapat kemudahan dari Hyang Suksma. Ia hanya membutuhkan waktu 103 hari. Prabu Isaka lalu bertempat di Gunung Hyang, yakni Gunung Kendeng di daerah Prabalingga dan Besuki. Permulaan pembabatan ketika hari soma tanggal 14, pada masa sitra, masih dalam tahun sambrama. Pada waktu itu, Prabu Isaka bernama Empu Sangkala, serta berkehendak menghitung angka tahun lamanya bertapa. Karena pembabatan hutan Gunung Hyang dijadikan sebagai angka permulaan tahun, maka dinamakan tahun Sangkala. Yakni pada masa kartika dalam tahun sambrama dalam hitungan tahun matahari atau rembulan. Adapun bunyi sengkalanya sama dengan tahun kepala satu Jebug Sawuk, menandai tahun 1, yakni permulaan adanya tahun Jawa yang dipakai sebagai pedoman permulaan adanya tahun Jawa yang dipakai sebagai pedoman di kemudian hari, serta awal mula Pulau Jawa ditempati manusia. Begitulah serpihan kisah asal pulau Jawa
Kisahnya bagus.....walaupun cerita ini saya njiplak dari blog lain.....tp....paling tidak kita jd tau asal usul tanah jawa.

 

Rabu, 20 Oktober 2010

Anoman/Hanoman

     
    ANOMAN/HANOMAN

Sesuai petunjuk sang ayahanda Resi Gotama, Anjani bertapa dengan cara berendam
telanjang seperti seekor katak di tengah aliran sebuah sungai. Yg muncul ke
permukaan air hanyalah kepalanya sebatas leher, sedang untuk kebutuhan makanan
diperoleh dari buah buahan atau dedaunan yg jatuh dan hanyut dibawa mengalir
sungai itu dan mendekat kepadanya. Demikian khusuknya tapa sang Anjani sehingga
menimbulkan tanda tanda di kahyangan,berupa gemuruhya suara di kawah
candradimuka.

Maka, Batara Guru dan Batara Narada-pun terbang melintasi angkasa, turun ke
mayapada dan mendatangi sumber kekuatan tapabrata itu. Saat dari ketinggian
melihat Anjani, Batara Guru terkesima, terpesona, menggelegak gairahnya sampai
mengeluarkan air kehidupan dari tubuhnya. Raja para dewa itu pun mengusapnya
dengan daun asam (bhs Jawa: Sinom) lalu dibuangnya ke sungai. Daun sinom itu
jatuh dan dihanyutkan aliran sungai mendekati Anjani, yg lalu memakannya. Batara
Guru berkata pada Anjani bahwa tapanya telah diterima, dan keinginannya agar
wajah dan kedua tangannya kembali seperti sediakala, tidak lagi menyerupai kera,
bisa dikabulkan oleh dewata. Namun, hal tsb akan terlaksana setelah Anjani
kelak melahirkan seorang bayi. Dengan memakan daun sinom berzat kehidupan Batara
Guru itu, Anjani akan berbadan dua, dan akan melahirkan putera dari Sang Hyang
Manikmaya ini.

Ketika tiba saatnya melahirkan, Anjani dibawa ke Kahyangan dan dibantu para
bidadari. Ia melahirkan seekor bayi kera berbulu putih bersih, sedangkan dirinya
sendiri kembali berwajah cantik dan menjadi penghuni kahyangan sebagai seorang
bidadari. Bayi berwujud kera putih anak Anjani ini diberi nama Anoman (Hanoman).
Ia tumbuh dan dibesarkan di lingkungan Kahyangan, diberi pendidikan dan diajari
bermacam ilmu serta kesaktian oleh para dewata, terutama oleh Batara Bayu, sang
dewa angin. Anoman, ksatria berujud wanara berbulu putih bersih ini tumbuh
menjadi seorang pemuda yg gagah, sakti luar biasa dan tidak terkalahkan. Ia
diberi nama tambahan Bayutanaya dan Bayukrama karena dididik dan dititisi Batara
Bayu. Anoman juga dijuluki Prewagaseta (berbulu putih), Mayangkara (samar bila
berada di tempat benderang) dan Suwiyuswa (berusia amat panjang, kematiannya
akan datang hanya atas kehendaknya sendiri).

Suatu ketika Anoman mempertanyakan asal usulnya pada pengasuh ibunya sejak kecil
yg bernama Kapisraba, mengapa dirinya berujud wanara, juga mengapa dirinya yg
bukan keturunan dewata tinggal di Jonggringsaloka/ Kahyangan. Kapisraba pun lalu
mengisahkan riwayat kakeknya Resi Gotama yg beristrikan Dewi Indradi, juga kisah
Cupu ajaib yg kemudian menjadi rebutan Anjani dan dua adiknya, Subali & Sugriwa,
dan pada akhirnya mengakibatkan ketiganya berubah ujud menjadi wanara/ kera.

Dalam interpretasi Anoman, yg paling bersalah dalam rangkaian kasus ini adalah
Batara Surya. Bermula dari hubungan terlarangnya dengan Dewi Indradi berikut
pemberian hadiah cupu yg mengakibatkan permasalahan dengan Resi Gotama,
suaminya, dengan anak2nya. Juga, Anoman merasa amat masygul membayangkan
penderitaan dewi Indradi yg dikutuk suaminya menjadi tugu batu dan dibuang entah
kemana.

Anoman lalu mencari Batara Surya, ingin meminta pertanggung jawaban berupa
sekedar permintaan maaf atas kasus itu, serta menuntut pengembalian jasad eyang
putrinya, Indradi, dari tugu batu kembali menjadi manusia. Ketika bertemu dengan
Batara Surya, perdebatan berlanjut dengan pertarungan antara keduanya. Bt Surya
cukup kewalahan menghadapi Anoman yg memang memiliki kesaktian luar biasa ini.
Ketika akhirnya Bt Surya berlindung dalam terangnya matahari kekuasaannya untuk
tidak memperpanjang peseteruannya denganAnoman, sang wanara putih ini justru
lalu mengerahkan segala ajiannya dan menghimpun seluruh awan, mega dan mendung
sejagat raya untuk membungkus matahari. Akibatnya, seluruh alam menjadi gelap
gulita. Seisi kahyangan kaget, segenap mayapada panik. Siang hari sama sekali
tidak ada sinar matahari, malam hari bulanpun menghilang karena tidak adanya
pantulan cahaya matahari. Yg tersisa hanyalah ribuan kedipan bintang yg membisu.

Bujukan batara Narada dan para dewa lainnya tidak bisa meluluhkan hati Anoman
untuk menghentikan perbuatannya. Akhirnya batara Guru meminta Anjani, ibunda
sang Anoman, untuk membujuk putera terkasihnya itu. Dengan tutur kata lemah
lembut, sang ibu membuka mata hati Anoman terhadap banyak hal. Kisah
perselingkuhan dewi Indradi dengan Bt Surya yg tentu bukan kesalahan hanya satu
pihak saja. Keterbatasan pengendalian emosi Resi Gotama untuk --alih2
membicarakannya empat mata-- malah menuntut keterusterangan istrinya di depan
anak2nya perihal perselingkuhan dengan Bt Surya. Ketidak mampuan pengendalian
amarah Gotama yg menyebabkan kutukan atas Indradi menjadi patung batu. Juga,
rentetan akibat perbuatan Anoman atas perbuatannya menghilangkan sinar matahari
yg bisa menyebabkan bencana terhadap ribuan umat manusia. Selain itu, bt Guru
juga menyampaikan bahwa tidak lama lagi akan tiba saatnya Anoman dikirim ke
mayapada untuk mendapatkan tugas yg lebih berat
namun mulia, membantu menumpas angkara murka. Dari sisi lain, secara tidak
langsung Anoman juga akan ikut andil dalam mengembalikan ujud dewi Indradi
kembali menjadi manusia, bahkan bidadari seperti sediakala, ketika tugu batu tsb
kelak digunakan untuk membela kebenaran dengan cara dihantamkan ke kepala
seorang raksasa atau angkara murka.

Akhirnya, Anoman memang luluh hatinya dan minta maaf pada Bt Surya dan para
dewata lainnya atas perbuatannya yg menurutkan hawa nafsu semata itu. Dengan
kesaktiannya, awan hitam yg bergulung gulung membungkus matahari bergerak
kembali ketempat asalnya di seluruh penjuru jagat raya. Mataharipun kembali
bersinar sperti sediakala. Kelak, setelah diberi tambahan bekal pengetahuan dan
ilmu ilmu lain, Anoman turun ke mayapada untuk membantu keturunan dewata
--termasuk Sri Rama, sang penjelmaan Wisnu-- menumpas kejahatan....

aksara jawa

Komunitas Wong Jowo

Asal-usul Aksara Jawa

Diantara kita jarang sekali ada yang mengetahui asal mula aksara Djawa. Jangankan asal mulanya, bentuk tulisannya saja diantara kita pasti tidak tahu. Apalagi makna yang terkandung di dalamnya. Memang aksara Djawa ini bukan menjadi bahasa (tulisan) wajib negara kita.
Para Pemuda-Pemudi telah mengikrarkan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Tetapi setidaknya sebagai bangsa yang baik, kita bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Djawa tidak melupakan sejarah peninggalan Leluhur terdahulu. Beranjak dari keadaan tersebut di atas maka Penulis hendak mengingatkan kembali, aksara (huruf) Djawa yang sudah mulai punah dan terlupakan.
Di sini Penulis tidak bermaksud membawa kepentingan SARA atau Golongan (Djawa). Seperti yang telah dikemukakan di atas, Penulis hanya ingin mengingatkan kembali sejarah peninggalan Leluhur terdahulu. Sehingga muncul halaman ini, mari kita simak dan ingat kembali asal usul aksara (huruf) Djawa terlebih dahulu.
Cerita ini berawal dari seorang Raja yang mempunyai dua orang murid. Raja ini bernama Prabu Aji Saka, dengan dua orang muridnya bernama Duro dan Sembodro. Salah satu muridnya yang bernama Duro ditugaskan oleh Prabu Aji Saka untuk menjaga pusaka kerajaan. Nama pusaka kerajaan tersebut adalah Sarutama, dalam cerita Djawa berarti Hina tetapi utama (Saru-Utama).
Saat itu Prabu Aji Saka berpesan “Siapapun tidak dapat mengambil Pusaka Sarutama, kecuali Prabu Aji Saka sendiri”. Pusaka Sarutama ini dipercayakan kepada Duro. Prabu Aji Saka pada saat itu berangkat perang, namun ditengah-tengan peperangan Prabu Aji Saka mengalami kesulitan. Sehingga Prabu Aji Saka memerlukan pusaka Sarutama. Prabu Aji Saka pun menugaskan Sembodro yang mendampinginya di medan perang, untuk mengambil pusaka Sarutama di kerajaan.
Sembodro pun pulang kembali dengan maksud mengambil pusaka Sarutama. Sesampainya kembali di kerajaan, Sembodro meminta Duro untuk menyerahkan pusaka Sarutama kepadanya. Tetapi karena Duro sudah diberi amanat oleh Prabu Aji Saka guru mereka untuk tidak menyerahkan pusaka sarutama kepada siapapun kecuali kepada Prabu Aji Saka, maka Duro menolak untuk menyerahkan pusaka saru tama tersebut.
Sembodro pun mendapat amanat untuk mengambil pusaka Sarutama tersebut. Akhirnya Sembodro tetap memaksa Duro untuk mnyerahkan pusaka Sarutama tersebut. Karena sama-sama mendapat amanat (pesan) dari Prabu Aji Saka, merekapun berusaha mejalankan amanat masing-masing. Merekapun bertempur untuk menjalankan amanat mereka.
Pertempuran sesama murid kepercayaan Prabu Aji Saka ini berlangsung sengit. Hingga akhirnya mererka mati (gugur) demi menjalankan amanat mereka dari Prabu Aji Saka. Keadaan mereka disaat mati saling rangkul/pangku (mati sampyuh, Djawa).
Kita dapat mengambil inti sari makna dari cerita di atas. Bahwa masyarakat Djawa memiliki sifat yang luhur, setia dan taat, serta rela berkorban mati-matian demi mengemban amanat. Satu lagi sifat masyarakat Djawa, masyarakat Djawa akan marah apabila kita memposisikan diri kita di atas mereka. Tetapi mereka akan mati (luluh hatinya) kalau kita memposisikan diri di bawah (dipangku) mereka. Itu mengapa akhirnya di dalam aksara Djawa bila di akhir huruf dipangku akan mati.

Sejarah,Asal-Usul dan Kelahiran,Bentuk Fisik Semar,dan Keistimewaan Semar Semar

Pasti nama semar dalam pewayangan Jawa sudah tidak Asing lagi ditelinga kita...aq yang notebene bukan Orang Jawa sudah sejak kecil tau yang nama nya Semar tokoh dalam pewayangan Jawa.
krn waktu kecil aq paling suka membaca komik2 tentang semar dan anak2 nya...kisah nya selain lucu2 juga mendidik...

tapi hingga sekarang mungkin sebagian dari kita tdk pernah tau asal usul Semar...kenapa bentuk fisiknya demikian,bentuk wajahnya dan lain2 tentang Semar.



Semar

Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sansekerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.

Sejarah Semar

Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439.

Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.

Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala.

Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa.


Asal-Usul dan Kelahiran

Lukisan Semar gaya Surakarta.Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa.

Dalam naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yeng bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.

Bentuk Fisik Semar

Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.

Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.


Keistimewaan Semar

Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.

Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah Mahabharata. Namun dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.

Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.